19 Sep 2013



Sering kita dengar dari orang-orang di sekitar kita bahwa malam Jumat itu waktunya “sunnah Rosul”. Itu maksudnya (menurut mereka) bahwa malam Jumat adalah waktu yang dianjurkan untuk (maaf) berhubungan suami istri bagi pasangan suami-istri. Ironis sekali ketika istilah “sunnah Rosul” dikonotasikan sebatas (maaf) berjima’ saja. Kalau dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) hal ini yang dinamakan PEYORASI, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan sebuah ungkapan menggambarkan sesuatu yang lebih tidak enak, tidak baik, dsb. Atau secara ringkasnya, makna yang sekarang LEBIH RENDAH ketimbang makna aslinya.

Menurut A. Hassan yang dimaksud Sunnah Rosul itu terdiri dari tiga perkara yang diriwayatkan kepada kita yaitu sabdanya, perbuatannya, dan perbuatan atau perkataan orang lain yang dibiarkan oleh beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam (Qauluhu, Fi’luhu, Wataqriruhi). (Tarjamah Kitab Bulughul Maram Fashal ke 34, hal. 15—Penerbit Diponegoro Bandung, 2006). Itu artinya, MAKNA SEBENARNYA dari Sunnah Rosul bukanlah BERHUBUNGAN SUAMI ISTRI melainkan segala sesuatu yang Rosul perintahkan dan larang baik itu melalui sabda beliau, perbuatan beliau, atau tanggapan beliau atas perbuatan para shahabat. Menyambung silaturahim itu SUNNAH ROSUL, memanjangkan jenggot itu SUNNAH ROSUL, shalat berjamaah di masjid bagi kaum laki-laki juga termasuk SUNNAH ROSUL, membaca surah Al Kahfi (18) di hari Jumat juga termasuk SUNNAH ROSUL dan lain sebagainya.

Maka dari itu hendaknya kita perlu berhati-hati jangan sampai ikut-ikutan LATAH mengucapkan dan mengartikan “sunnah Rosul” untuk perkara jima’ di malam Jumat saja, salah-salah kita bisa termasuk orang yang MELECEHKAN ajaran Rosululloh. wal’iyadzubillah.

وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللهِ وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya, kamu selalu berolok-olok?". [At Taubah:65].

لاَتَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِن نَّعْفُ عَن طَائِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ

Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema'afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. [At Taubah:66].

Wallohu a'lam Bisshowab.

(nawizam)

rossi
alon-alon asal kelakon, begitulah orang Jawa mempunyai ungkapan untuk mengingatkan kita agar senantiasa berhati-hati dalam segala urusan. Ungkapan tersebut jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti pelan-pelan asal terlaksana. Sebuah ungkapan yang sederhana namun syarat makna, secara umum sebuah usaha yang disertai dengan kehati-hatian dalam pelaksanaannya maka akan lebih matang dan lebih  baik hasilnya jika dibandingkan dengan usaha yang tergesa-gesa. Tidak ada salahnya jika kita berhati-hati dalam mengerjakan sesuatu. Karena dengan kehati-hatian itu diharapkan akan melahirkan ketelitian dan menciptakan sebuah kesempurnaan.

masih segar dalam ingatan kita kasus kecelakaan maut yang melibatkan anak dari selebriti tanah air beberapa waktu lalu. Apalagi belakangan diketahui bahwa si bocah yang bernama Dul itu masih sangat muda, belum memiliki SIM, dan mengendarai mobil dalam kecepatan tinggi. Itulah bedanya Si Dul jaman dulu dengan Si Dul jaman sekarang. Kalau Si Dul jaman dulu boro-boro ngebut, opelet bisa hidup dan tidak mogok saja sudah girang bukan main. Nah, kalo si Dul jaman sekarang naiknya mobil Lancer dengan kecepatan yang luar biasa banter entah karena nyetirnya kurang pinter atau pas lagi keblinger akhirnya terjadi kecelakaan yang bikin nyawa orang beterbangan kayak laler. Masya Alloh.

banyak kasus kecelakaan bermula dari ketidakhati-hatian dalam berkendara. Bukankah tujuan kita berkendara itu keselamatan bukannya kecepatan? (kecuali para pembalap yang ada di sirkuit balap). Percayalah, berkendara pelan-pelan akan membuat kita lebih terlihat tampan dan rupawan. nggak percaya? Secara orang yang naik kendaraan dengan pelan ketika berpapasan dengan orang lain akan lebih mudah dikenali dan memiliki kesempatan untuk menyapa orang yang ada di hadapannya (ini masih sangat berlaku di desa dan juga ketika kita berkendara di jalan kecil dan gang-gang komplek). Umumnya, ketika kita menyapa orang dengan sopan saat berkendara maka respon yang akan diberikan kepada kita tentunya adalah respon yang positif, minimal senyuman atau sekedar anggukan. Lain halnya jika kita berkendara dengan ngebut (apalagi di jalan kecil). Mana sempat kita menyapa orang-orang yang kita jumpai, salah-salah malah hampir membahayakan mereka. Dan bisa dipastikan kalau sudah begitu kejadiannya maka sumpah serapah-lah yang akan keluar dari mulut mereka. Tentunya hal ini sangat tidak kita inginkan.

Ingat!! Kebut-kebutan di jalan tidak akan menambah ketampanan sedikitpun, yang ada malah rawan menimbulkan kecelakaan. Sebaliknya berkendara dengan pelan dan sopan maka akan lebih dekat dengan keselamatan. Kalaupun kita sudah berkendara dengan pelan dan sopan masih saja terjadi kecelakaan? yah… mau gimana lagi, yang namanya takdir dari Alloh tidak bisa kita hindari yang penting kita sudah berusaha semampu kita. Ingat!! biar pelan asal tampan! sekian. :)

(nawizam)