Selasa malam saya dan rekan-rekan mendapat kesempatan
untuk bermain futsal, ya futsal… salah satu olah raga favorit kami saat ini.
Kali ini lawan yang kami hadapi adalah salah satu dari unit lain di tempat kami
bekerja, rencana pun sudah kami susun jauh-jauh hari sebelumnya. Mulai dari
menyewa lapangan, persiapan fisik, hingga susunan formasi pemain. Tibalah waktu
yang ditentukan, sesuai kesepakatan kami berangkat sekitar pukul 19.30
sedangkan lawan kami sudah tiba di tempat pertandingan pukul 19.00 itu artinya
mereka 30 menit lebih awal datangnya daripada tim kami dan mereka sempat
bermain dengan sesama tim mereka sendiri kurang lebih 30 menit.
Setelah selesai melakukan persiapan dan sedikit pemanasan,
kurang lebih pukul 19.45 pertandingan pun dimulai. Permainan ala tiki-taka
dan strategi acak adul pun ditunjukkan oleh kedua tim yang bertanding (yang
jelas kami tidak bisa bermain ala si Madun he…). Singkat cerita pada pukul
21.00 pertandingan berakhir dengan kemenangan telak untuk tim kami. Sembari
istirahat dan melemaskan otot-otot saya coba mengobrol dengan salah satu
anggota tim lawan. “Wah… tim Bapak biasa latihan rutin Pak?” Tanya saya, “ya..
tapi baru dua bulan ini Mas”. Jawabnya sembari merapikan kumis yang sekilas
mirip Pak Raden J “Bagus… to Pak kalo sering main
bareng” saya menimpali sambil tersenyum. “iya… tapi tadi tim Anda datangnya
terlambat Mas, keburu tim kami pada lemes” katanya mengomentari hasil
pertandingan yang baru saja dimenangkan oleh tim saya.
Saya pun hanya tersenyum dan bergumam dalam hati “barangkali
akan lain bicaranya apabila kemenangan ada di pihak Bapak itu tadi”. Ah…
sudahlah tak perlu diambil pusing, mungkin saya juga akan mencari-cari alas an jika
tim saya kalah. Kejadian seperti itu sepertinya sangat manusiawi dan sepertinya
sudah menjadi tabiat manusia bahwa akan
sangat sulit untuk menerima kenyataan atau lebih tepatnya kekalahan. Dalam
hidup ini selalu saja ada dua sisi yang berbeda dan mau tidak mau suatu ketika
kita pasti akan mengalaminya. Dua sisi dalam kehidupan itu ialah harapan dan
kenyataan, tidak selamanya apa yang kita harapkan akan menjadi kenyataan. Oleh
karena itu ketika kita mulai berharap maka sudah seharusnya kita siapkan diri untuk
menerima kenyataan, entah itu sesuai dengan apa yang kita harapkan atau bahkan
berbeda 180o dari yang kita harapkan.
0 komentar:
Posting Komentar