10 Apr 2013


Selasa malam saya dan rekan-rekan mendapat kesempatan untuk bermain futsal, ya futsal… salah satu olah raga favorit kami saat ini. Kali ini lawan yang kami hadapi adalah salah satu dari unit lain di tempat kami bekerja, rencana pun sudah kami susun jauh-jauh hari sebelumnya. Mulai dari menyewa lapangan, persiapan fisik, hingga susunan formasi pemain. Tibalah waktu yang ditentukan, sesuai kesepakatan kami berangkat sekitar pukul 19.30 sedangkan lawan kami sudah tiba di tempat pertandingan pukul 19.00 itu artinya mereka 30 menit lebih awal datangnya daripada tim kami dan mereka sempat bermain dengan sesama tim mereka sendiri kurang lebih 30 menit.

Setelah selesai melakukan persiapan dan sedikit pemanasan, kurang lebih pukul 19.45 pertandingan pun dimulai. Permainan ala tiki-taka dan strategi acak adul pun ditunjukkan oleh kedua tim yang bertanding (yang jelas kami tidak bisa bermain ala si Madun he…). Singkat cerita pada pukul 21.00 pertandingan berakhir dengan kemenangan telak untuk tim kami. Sembari istirahat dan melemaskan otot-otot saya coba mengobrol dengan salah satu anggota tim lawan. “Wah… tim Bapak biasa latihan rutin Pak?” Tanya saya, “ya.. tapi baru dua bulan ini Mas”. Jawabnya sembari merapikan kumis yang sekilas mirip Pak Raden J “Bagus… to Pak kalo sering main bareng” saya menimpali sambil tersenyum. “iya… tapi tadi tim Anda datangnya terlambat Mas, keburu tim kami pada lemes” katanya mengomentari hasil pertandingan yang baru saja dimenangkan oleh tim saya.

Saya pun hanya tersenyum dan bergumam dalam hati “barangkali akan lain bicaranya apabila kemenangan ada di pihak Bapak itu tadi”. Ah… sudahlah tak perlu diambil pusing, mungkin saya juga akan mencari-cari alas an jika tim saya kalah. Kejadian seperti itu sepertinya sangat manusiawi dan sepertinya sudah menjadi tabiat manusia  bahwa akan sangat sulit untuk menerima kenyataan atau lebih tepatnya kekalahan. Dalam hidup ini selalu saja ada dua sisi yang berbeda dan mau tidak mau suatu ketika kita pasti akan mengalaminya. Dua sisi dalam kehidupan itu ialah harapan dan kenyataan, tidak selamanya apa yang kita harapkan akan menjadi kenyataan. Oleh karena itu ketika kita mulai berharap maka sudah seharusnya kita siapkan diri untuk menerima kenyataan, entah itu sesuai dengan apa yang kita harapkan atau bahkan berbeda 180o dari yang kita harapkan.

Berbahagia saat harapan kita tercapai adalah hal yang mudah namun berlapang dada saat kenyataan tidak sesuai harapan itu memerlukan usaha yang luar biasa, dan hanya manusia dengan jiwa luar biasalah yang mampu melakukannya.  So, mari kita siapkan diri kita untuk menjadi pribadi yang luar biasa yang senantiasa berbahagia sewajarnya ketika mendapatkan harapan dan bersabar luar biasa ketika mendapati kenyataan yang tak seindah harapan. 

Tagged: , , , , ,

0 komentar:

Posting Komentar