Sering kita dengar dari orang-orang di sekitar kita bahwa malam Jumat itu waktunya “sunnah Rosul”. Itu maksudnya (menurut mereka) bahwa malam Jumat adalah waktu yang dianjurkan untuk (maaf) berhubungan suami istri bagi pasangan suami-istri. Ironis sekali ketika istilah “sunnah Rosul” dikonotasikan sebatas (maaf) berjima’ saja. Kalau dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) hal ini yang dinamakan PEYORASI, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan sebuah ungkapan menggambarkan sesuatu yang lebih tidak enak, tidak baik, dsb. Atau secara ringkasnya, makna yang sekarang LEBIH RENDAH ketimbang makna aslinya.
Menurut A. Hassan yang dimaksud Sunnah Rosul itu terdiri dari tiga perkara yang diriwayatkan kepada kita yaitu sabdanya, perbuatannya, dan perbuatan atau perkataan orang lain yang dibiarkan oleh beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam (Qauluhu, Fi’luhu, Wataqriruhi). (Tarjamah Kitab Bulughul Maram Fashal ke 34, hal. 15—Penerbit Diponegoro Bandung, 2006). Itu artinya, MAKNA SEBENARNYA dari Sunnah Rosul bukanlah BERHUBUNGAN SUAMI ISTRI melainkan segala sesuatu yang Rosul perintahkan dan larang baik itu melalui sabda beliau, perbuatan beliau, atau tanggapan beliau atas perbuatan para shahabat. Menyambung silaturahim itu SUNNAH ROSUL, memanjangkan jenggot itu SUNNAH ROSUL, shalat berjamaah di masjid bagi kaum laki-laki juga termasuk SUNNAH ROSUL, membaca surah Al Kahfi (18) di hari Jumat juga termasuk SUNNAH ROSUL dan lain sebagainya.
Maka dari itu hendaknya kita perlu berhati-hati jangan sampai ikut-ikutan LATAH mengucapkan dan mengartikan “sunnah Rosul” untuk perkara jima’ di malam Jumat saja, salah-salah kita bisa termasuk orang yang MELECEHKAN ajaran Rosululloh. wal’iyadzubillah.
وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللهِ وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya, kamu selalu berolok-olok?". [At Taubah:65].
لاَتَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِن نَّعْفُ عَن طَائِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema'afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. [At Taubah:66].
Wallohu a'lam Bisshowab.
(nawizam)