10 Jun 2013


Sabtu sore kemarin saya mendapat sms dari teman yang memberitahukan bahwa salah seorang sahabat terbaik kami semasa di SMA dulu telah meninggal dunia di Cikarang. Rasa kaget, bingung, dan setengah tidak percaya-pun bercampur menjadi satu. Saya putuskan untuk menghubungi teman-teman yang lain untuk memastikan kebenaran kabar tersebut namun apa yang terjadi sungguh sangat tidak mengenakkan, kalau istilahnya Pak Kus (guru kimia SMA saya) mungkin ini yang namanya “the law of dilalah” ya, hukum ndilalah. Beberapa teman yang saya kirim sms tidak ada yang memberi balasan hingga kuota paket sms saya habis. Saya putuskan untuk menelpon eh… ndilalah pulsa habis pula, segera saya minta bantuan tukang pulsa untuk mengisi pulsa, eh… ndilalah pending dan nggak nyampe-nyampe. Tring… kemudian muncul ide untuk mengontak teman via BBM, eh.. eh.. tunggu dulu, saya kan nggak punya BB?! haduuuh…. terlalu…

akhirnya kepastian kebenaran kabar meninggalnya sahabat kami tersebut datang lewat facebook, saya lihat di timeline facebook-nya sudah banyak ucapan belasungkawa dan doa dari rekan-rekan yang lain. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un… selamat jalan sahabatku, semoga Alloh mengampuni dosa-dosamu, memaafkan kesalahanmu, memberikan tempat yang mulia bagimu, serta melapangkan kuburmu.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ [وَعَذَابِ النَّارِ

---o0o---

keesokan harinya saya bersama beberapa teman ta’ziyah ke rumah duka yang lokasinya tidak jauh dari perlintasan kereta api Kutowinangun. Pada kesempatan itu saya bisa berjumpa dengan beberapa teman sewaktu di SMP-SMA (sungguh, ini bukan tujuan utama saya datang ta’ziyah tetapi cukup menyenangkan bisa bersama-sama mereka lagi meski dalam suasana duka). Menjelang dzuhur acara pemakaman selesai dan sayapun kembali ke rumah dengan membawa begitu banyak hikmah dan ibrah. Saya tak habis pikir, jika seandainya ketika itu saya yang meninggal dunia. Timbul pertanyaan besar di benak saya. APA YANG SUDAH ENGKAU PERSIAPKAN? astaghfirullohal ‘adzim….

Bukankah kematian itu pasti? bukankah kematian itu jika sudah waktunya tidak ada lagi kata “nanti”? bukankah kematian itu datangnya tanpa permisi? bukankah…. ah .. sudah sering diri ini melihat kematian tetapi sesering itu pula diri ini lalai mempersiapkan bekal untuk menjemputnya. Cukuplah kematian sebagai nasihat, cukuplah kematian menjadi pengingat bahwasannya dunia ini hanya sesaat dan yang kekal itu adalah akhirat. Yaa Ghoffar… ighfirli..

Sore hari saat berbincang-bincang dengan kakak, saya sampaikan kisah meninggalnya sahabat saya. Saya juga katakan bahwa dia baru saja menikah beberapa bulan lalu, tiba-tiba keponakan saya yang masih duduk di kelas 3 Sekolah Dasar menyaut “alhamdulillah….” karena merasa aneh dan kaget saya berkata padanya “hush… kok alhamdulillah? bukannya innalillah?”. Keponakan saya menjawab “alhamdulillah temen Om meninggal setelah menikah, coba kalau belum menikah terus meninggal? Bakalan berdosa dia Om!Duarrr….. bagai disambar gledhek di siang bolong, dan saya pun bengong… astaghfirulloh… mak jleb sekali perkataan keponakan saya ini. Sekali lagi saya yakin bahwa nasihat datangya bisa kapan saja, dimana saja dan melalui siapa saja, bahkan melalui seorang anak kecil yang belum baligh-pun bisa. Hmm… belum tau dia kalau Omnya sedang berjuang keras untuk menggenapkan separuh diennya (batin saya). :)

Allohumma yassir umurona…
(nawizam)

Tagged: , , , , , , ,

4 komentar:

  1. wah cerita menarik ini mas iwan
    jempol tenan

    by : banx kribo

    BalasHapus
    Balasan
    1. tengkyu Lek!
      ayo nge-blog, kita sharing dan caring. :)

      Hapus
  2. Jadi, kapan nikah nih bro? :)

    Cheers..

    BalasHapus