Sabtu sore kemarin saya mendapat sms dari teman yang
memberitahukan bahwa salah seorang sahabat terbaik kami semasa di SMA dulu
telah meninggal dunia di Cikarang. Rasa kaget, bingung, dan setengah tidak
percaya-pun bercampur menjadi satu. Saya putuskan untuk menghubungi teman-teman
yang lain untuk memastikan kebenaran kabar tersebut namun apa yang terjadi
sungguh sangat tidak mengenakkan, kalau istilahnya Pak Kus (guru kimia SMA saya)
mungkin ini yang namanya “the law of dilalah” ya, hukum ndilalah. Beberapa
teman yang saya kirim sms tidak ada yang memberi balasan hingga kuota paket sms
saya habis. Saya putuskan untuk menelpon eh… ndilalah pulsa habis pula, segera
saya minta bantuan tukang pulsa untuk mengisi pulsa, eh… ndilalah pending dan nggak
nyampe-nyampe. Tring… kemudian muncul ide untuk mengontak teman via BBM, eh..
eh.. tunggu dulu, saya kan nggak punya BB?! haduuuh…. terlalu…
akhirnya kepastian kebenaran kabar meninggalnya sahabat kami
tersebut datang lewat facebook, saya lihat di timeline facebook-nya sudah
banyak ucapan belasungkawa dan doa dari rekan-rekan yang lain. Innalillahi wa
inna ilaihi roji’un… selamat jalan sahabatku, semoga Alloh mengampuni
dosa-dosamu, memaafkan kesalahanmu, memberikan tempat yang mulia bagimu, serta
melapangkan kuburmu.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ،
وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ
وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ
مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا
مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ،
وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ [وَعَذَابِ النَّارِ]
---o0o---
keesokan harinya saya bersama beberapa teman ta’ziyah ke
rumah duka yang lokasinya tidak jauh dari perlintasan kereta api Kutowinangun.
Pada kesempatan itu saya bisa berjumpa dengan beberapa teman sewaktu di SMP-SMA
(sungguh, ini bukan tujuan utama saya datang ta’ziyah tetapi cukup menyenangkan
bisa bersama-sama mereka lagi meski dalam suasana duka). Menjelang dzuhur acara
pemakaman selesai dan sayapun kembali ke rumah dengan membawa begitu banyak hikmah
dan ibrah. Saya tak habis pikir, jika seandainya ketika itu saya yang meninggal
dunia. Timbul pertanyaan besar di benak saya. APA YANG SUDAH ENGKAU PERSIAPKAN?
astaghfirullohal ‘adzim….
Bukankah kematian itu pasti? bukankah kematian itu jika
sudah waktunya tidak ada lagi kata “nanti”? bukankah kematian itu datangnya
tanpa permisi? bukankah…. ah .. sudah sering diri ini melihat kematian tetapi
sesering itu pula diri ini lalai mempersiapkan bekal untuk menjemputnya.
Cukuplah kematian sebagai nasihat, cukuplah kematian menjadi pengingat
bahwasannya dunia ini hanya sesaat dan yang kekal itu adalah akhirat. Yaa
Ghoffar… ighfirli..
Sore hari saat berbincang-bincang dengan kakak, saya
sampaikan kisah meninggalnya sahabat saya. Saya juga katakan bahwa dia baru
saja menikah beberapa bulan lalu, tiba-tiba keponakan saya yang masih duduk di kelas
3 Sekolah Dasar menyaut “alhamdulillah….” karena merasa aneh dan kaget saya
berkata padanya “hush… kok alhamdulillah? bukannya innalillah?”. Keponakan saya
menjawab “alhamdulillah temen Om meninggal setelah menikah, coba kalau belum
menikah terus meninggal? Bakalan berdosa dia Om!” Duarrr….. bagai disambar
gledhek di siang bolong, dan saya pun bengong… astaghfirulloh… mak jleb sekali
perkataan keponakan saya ini. Sekali lagi saya yakin bahwa nasihat datangya
bisa kapan saja, dimana saja dan melalui siapa saja, bahkan melalui seorang
anak kecil yang belum baligh-pun bisa. Hmm… belum tau dia kalau Omnya sedang
berjuang keras untuk menggenapkan separuh diennya (batin saya). :)
Allohumma yassir umurona…
(nawizam)
wah cerita menarik ini mas iwan
BalasHapusjempol tenan
by : banx kribo
tengkyu Lek!
Hapusayo nge-blog, kita sharing dan caring. :)
Jadi, kapan nikah nih bro? :)
BalasHapusCheers..
alhamdulillah sudah Bro! :)
Hapus